Bersandar pada bangku kayu, yang dulu menjadi salah satu bagian dari memori. Keadaannya masih sama, bangku panjang berwarna coklat tua dengan pohon rindang sebagai penyejuk nya. Sambil menutup mataku, bayang-bayang memori tiga tahun yang lalu terlintas sangat jelas. Kita duduk dan saling memberi cerita yang tidak bisa ku lupa, penuh kesan dan bahagia. Hingga pergimu tiba dan tidak bisa ku lupa, sampai meninggalkan luka. Tenanglah di alam sana, dan sesekali tengoklah diriku yang merindu, yang sampai saat ini tak bisa melupa, lupa akan segala tentangmu. Hingga membuat ku bingung kenapa kamu memutuskan pergi dan tidak lagi bersama ku. Bukankah kamu dulu yang sering aku panggil Surya, yang meyakinkan aku, bahwa cinta itu ada dan cinta itu membuat bahagia?. Tapi pada kenyataannya, kamu sendiri yang meyakinkan aku arti sebuah cinta tapi kamu juga yang membuat luka karna cinta. "Ahh gila, kenapa cinta itu membuat ku terlena, malah terkadang aku masih merindukan mu lagi, padahal pikiran menolak lupa, namun hati masih ingin percaya, bahwa dirimu masih mencintai ku dan pasti akan kembali kepadaku!".
Hingga malam itu aku terdiam, menatap langit yang tidak seperti biasanya. Gelap, sembab, hingga petir pun turut hadir ke permukaan. Teh yang masih mengepul panas tersuguh di hadapan. Dia menggoda dengan aromanya yang menarik perhatian. Aku dengarkan rintikkan air yang terjatuh menimpa bebatuan yang tergeletak bersama rumput kehijauan. Tanpa sadar kujatuhkan air bening yang kini mengalir deras di pipiku. Semakin terjatuhkan air mata ini, semakin sesak rasanya. Uhh! Ringisku dalam kesendirian yang mengingat kan ku kepada surya. “Ya Tuhan, mengapa kau pertemukan Surya? Mengapa kau hadirkan pertemuan namun diiringi dengan perpisahan? Mengapa Tuhan?", batinku, dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi. Aku tutup mataku perlahan, mendekap tubuh yang sudah lelah ini.
Aku terbuai dalam anganku hingga kehilangan rasaku. Terasa sudah saling nyaman namun tak tergapai, terasa hancur meski mencoba tegar, tangisan menjadi-jadi, ketika mengingat perihal kita yang pernah bersama, dan rasanya ingin sekali kembali berbagi tertawa dan mendapat lagi perhatian mu. Tidak perlu ada kata pamit yang malah berujung kamu menghilang dan membuat keadaan rumit. Yang membuat ku seolah berada dalam fase terendah ku bersama kenanganmu. Sampai terlihat bayangan yang menjadi akhir hubungan seolah terulang kembali. Kamu menggunakan baju setengah lengan berwarna hitam dengan membawa figura berbentuk tulisan yang menuliskan namaku di dalam figura itu. kamu berikan lukisan itu kepadaku dengan kata-kata yang hangat sampai membuat luluh hati dan membuat ku mati kata karna kehangatanmu, “Jaga figura ini baik-baik ya, Resa. Ini hadiah yang bisa kamu liat selalu, ketika sedang rindu aku.” ucap Surya dengan senyum yang manis di wajahnya. Ku tatap lekat wajahnya sambil berkata kepadanya, "Kamu bisa saja membuat ku tambah cinta dan semakin terbang surya!”, dan dia kembali menatapku lekat dan memberiku senyum hangat di wajahnya. Lalu dia maju satu langkah memelukku, aku membalas pelukannya sambil mencerna apa yang terjadi hari ini. Setelah dia memeluk ku, ia pergi dari hadapan ku. Aku hanya bisa melihat punggungnya mulai menjauh dari taman. Dan mengucapkan hati-hati untukku ketika akan pulang. Lalu, aku pulang ke rumah dengan membawa figura darinya. Figura yang bertuliskan namaku dengan indah, lalu ku pasang figura itu di kamar dengan rasa bahagia dan bangga, bisa mendapatkan hadiah yang indah dari surya. Sekaligus sebagai pemberitahuan kepada semua orang ketika masuk kamar ku dan melihat figura itu sebagai bukti bahwa surya itu memang benar-benar mencintai ku dan tidak akan meninggalkan ku.
Hingga suatu ketika dimana hari yang seharusnya indah untuk bertemu dengan mu, kamu malah berubah seperti orang asing dengan menatapku sinis di raut wajahmu. Membuat hati ingin sekali menerka apa yang sedang terjadi kepadamu, tapi kamu hanya bungkam dan merahasiakan apa yang terjadi dibelakang ku. Dengan memastikan aku, kalau pikiran yang di kepala ku itu bertolak belakang dan dia hanya sedang sibuk dengan kegiatannya, bukan karna untuk menjauhi ku. Tapi dengan seiring berjalannya waktu semenjak bertemu dengan tatapan sinismu pekan lalu, kamu sering tidak memberikan kabar yang membuat ku bertanya-tanya dengan kegundahanku. "Apakah kamu telah menemukan bahu yang nyaman selain dengan aku? Atau kamu hanya sibuk dengan aktivitasmu sampai lupa mengabariku?”. Entahlah, aku sedang bergelut dengan pikiranku saat Itu. Sampai waktu yang menjawab secara perlahan, apa yang terjadi untuk di kuak. Kamu memberikan tanda dengan tidak memperdulikan ku dan pergi menjauh untuk memilih yang lebih nyaman dari aku, dan memilih Perempuan pilihan mu, lalu kau pasang di dalam instagram mu dengan caption bahagia tanpa memperdulikan perasaan ku, yang sedang tidak baik baik saja. Sakit, sakit saat ku ingat kepergianmu, sakit saat terkenang tentangmu. Karna rasanya rindu tidak pernah memudar, tidak pernah membias dari pikiranku, apalagi sampai menghilang dari pikiranku. Padahal ingin sekali ku lupakan dirimu, namun itu adalah hal yang paling menyiksa ku. Aku mencoba menerima apa yang telah kamu berikan kepadaku, seorang kamu yang tak punya perasaan. Berharap ada yang bermakna, kamu mengembalikan senyum ku yang pergi, secepat kamu membuat hati ku lepas kepadamu. Menghembuskan nafas panjang dan menenangkan diriku, tidak semuanya lama bisa bertahan. Begitu rumah tidak selamanya akan kokoh. Mencoba damai perihal perasaan meski sulit, karna ada rindu yang masih terbayang. Maafkan aku, yang masih mencintaimu dengan sangat dalam.
0 coment�rios: