Suasana yang menegangkan dibalik benteng pertahanan didampingi suasa hening yang berdominan. Berbanding terbalik jauh diluar sana, yang mana mereka tidak tahu sekacau apa keadannya.
Suasana mencekam membuat siapa saja tidak tenang dengan hati yang gelisah menghadapi situasi seperti ini. Menenangkan diri mereka dengan menghembuskan nafas dari apa yang akan mereka hadapi.
Seperti tidak ada rasa gentar dari formasi waspada yang mereka siapkan sebelumnya. Mereka menunduk bersembunyi dibalik benteng, menunggu perlawanan datang.
Semua mata fokus memandang jauh kedepan. Angin yang tiba-tiba datang membuat mereka waspada.
Suara anak panah melesat cepat menuju arah yang dikehendaki empunya. Membuat beberapa terkesiap oleh anak panah yang sudah menancap di tubuh salah satu rekan mereka. Tak seberapa lama kemudian hujan anak panah menghujami beberapa prajurit yang menjaga benteng dibagian atas.
Itu begitu tiba-tiba, anak panah datang dari arah belakang mereka.
"Semua waspada!" Seru komandan mereka dengan penuh kewaspadaan.
*BRAK BRAK BRAK
Dobrakan pintu dari luar membuat semua menoleh kearah pintu gerbang yang ditahan oleh beberapa prajurit bergetar keras. "Beritahu kepada komandan kalau kita dikepung dari belakang!" Teriak salah satu guardian setelah mencoba melihat apa yang ada diluar gerbang.
"Kita dikepung dari belakang!" Ulang Prajurit yang merasa dikomando, segera berlari panik menuju komandan yang berdiri memimpin didepan gerbang utama.
"Kenapa salah satu dari mereka tidak ada yang mengabari hal ini! Ini melenceng dari rencana," Komandan phill mengeluarkan pedang dari sarungnya dengan gigi menggertak tak sabaran, sebelum teriakan dan Kegaduhan dari arah belakang mengalihkan fokus mereka semua.
"Semua pertahankan benteng keamanan!" Setelah menyerukan perintah menggelegar yang ditujukan kesemua prajurit dan guardian, komandan phill bergegas menuju gerbang belakang.
"Pasti ada sesuatu diluar sana yang menimpa pasukan kita. Aku sudah menduga hal ini akan terjadi." Ia dibantu dengan prajurit yang berlari kearahnya tadi untuk menghalau penyerangan didepan yang terus saja mencoba melayangkan pedang kearah mereka.
Beberapa prajurit lawan dari pasukan kecil telah berhasil menerobos gerbang belakang yang akhirnya menyerang masuk. Diserang balik oleh para guardian yang menjaga bagian gerbang belakang dan dibantu oleh komandan phill yang telah datang.
Gerbang dengan keadaan yang sudah jebol mengakibatkan semakin banyaknya pasukan lawan yang masuk, membuat pasukan guardian disana sedikit kualahan.
Kehadiran orang disamping phill dengan menggunakan baju zirah yang sama seperti dirinya. Membuat ia menoleh tanpa mengurangi kewaspadaannya untuk mengibaskan pedang ditangannya.
"Kenapa kau ada disini?!" Yang seharusnya dia tidak ada disini sekarang.
"Aku disuruh oleh thorn kesini untuk membantu kalian! " orang yang menggunakan baju zirah dengan pangkat yang sama seperti komandan phill, langsung mengibaskan pedangnya saat musuh hampir saja melukainya.
"Aku tidak telat bukan? Setidak nya hanya sedikit."
Shaz, nama orang disamping phill, terus memukul lawan mundur tanpa peduli seberapa banyak gerombolan didepannya.
"Dia menyuruhku, katanya dia merasa firasatnya buruk, mungkin saja musuh merencanakan hal lain."
"Dan saat sampai disini aku terkejut dengan situasi diluar, kau tahu didepan sana ada pasukan panah untuk melumpuhkan pertahanan gerbang utama!" Tambahnya, memperpampangkan mimik muka konyolnya, membuat ia menurunkan drajatnya seketika. Bagaimana mungkin posisinya yang dalam menyerang tanpa menatap lawannya begitu asik bercengkrama santai seperti ini.
"Untung kita menyiapkannya untuk berjaga-jaga, tapi ini terasa sia-sia."
"Biarkan para guardian yang mengurus didepan. Kita disini untuk mencegah lawan semakin masuk." Tanpa memperdulikan lelucon shaz, phill terus melayangkan pedangnya ke arah lawan yang menjadi tandingannya bertarung sekarang, terlihat lumayan susah untuk ditumbangkan.
"Bagaimana dengan keadaan disana?!" Posisi mereka yang berdampingan membuat phill lebih mudah bertanya pada shaz, walaupun dengan sedikit berteriak.
"Aku tidak tahu, yang pasti sepeninggalku dari sana, keadaannya juga tidak kalah kacau!" Menaikkan sedikit bahunya, tanpa menoleh pada phill.
"Tapi kenapa kau meninggalkan pasukanmu bodoh! Biarkan aku yang mengurusnya, aku masih mampu mengatasi hal ini." Tampaknya ia mulai kesal dengan shaz, terbukti dari wajah memerahnya yang menahan amarah.
"Kau benar-benar masih berlagak?! Kalau kau tahu keadaan diluar sana, kau pasti akan seperti gula. Bangkai!" Shaz mulai tidak suka dengan sifat arogan phill pada saat situasi seperti ini.
"Aku tidak yakin dengan ucapanmu, saat melihatmu dalam keadaan kualahan seperti ini!"
Dari keadaan didepan gerbang utama juga semakin banyak pasukan lawan yang membawa busur. Pintu gerbang semakin diperkuat dengan banyaknya guardian yang menjaga.
Pandangan semua mulai memburam karena tiba-tiba angin membawa debu menghalangi pandangan mereka.
Menyadari hal itu, guardian elpez yang menjaga didepan, menghalau debu masuk kematanya, dan menajamkan retinanya untuk melihat apa yang terjadi didepan.
Matanya melotot seketika, saat beribu pasukan menuju kearahnya dibarengi suara getaran dari langkah kaki mereka.
Butuh kekuatan penuh untuk menghabisi musuh Sekian banyaknya. Dan sekarang menjadi segelintir lagi yang akan mereka habisi, dan habis sudah. Sebelum itu terjadi, getaran yang mereka rasakan dibawah kaki mereka membuat Kedua komandan yang semula sibuk menyerang lawan, kini pun menoleh menatap satu sama lain.
Bunyi terompet peperangan dari kubu mereka terdengar, membuat keduanya melotot cepat. Secepat itu mereka sadar dan secepat itu pula mereka menghabisi lawan yang tersisa didepan mereka.
Segera menuju gerbang utama, semua terlihat sibuk menggencarkan senjata mereka.
Seseorang terlihat dari pangkat baju zirah yang dikenakannya berada dibawahnya, tapi diatas prajurit --guardian--. Menghampiri phill dan mengacuhkan shaz yang terlihat kesal karena diacuhkannya.
"Sepertinya pasukan kita didepan kalah, dan pasukan lawan datang kesini untuk menyerang kita. Pasukannya cukup banyak walaupun sudah dihabisi sebelumnya oleh pasukan kita yang dimedan perang, itu tidak mengurangi jumlahnya yang sekian banyak nya." Raut tenang tetap mendominasi wajahnya, berbeda dengan situasi disekitar mereka.
Bunyi beledum terdengar memekakkan telinga. Mengakibatkan bangunan hancur terbakar. Serangan lawan yang semakin membabi buta membuat keadaan semakin kacau.
"Apa yang kalian pikirkan. Lawan mereka!"
"Tembakkan bola meriam!" Perintah phill, dan secepatnya dilaksanakan oleh para prajurit.
"Apa yang harus kita lakukan?" Shaz yang bingung dengan situasi ini hanya menampakkan wajah panik seperti dibuat-buat.
"Perkuat pertahankan pintu gerbang, jangan sampai mereka memasuki istana." Jawab phill mengutarakan strateginya.
"Lalu, kita akan menunggu disini sampai pintu jebol tanpa melakukan apapun?" Heran shaz pada phill yang terus menerus memerintah bawahannya.
"Tidak! Kita serang melewati pintu rahasia tanpa membuka gerbang. Itu akan mengurangi resiko"
"Tapi disana pasukan sangat banyak, bahkan ada troll yang membantu mereka. Tidak mungkin kita melawan berdua sendirian." Shaz tidak berharap untuk menjadi santapan troll yang akan dia temui disana.
"Kita tidak bisa tinggal diam disini saja." Shaz mengibaskan jubah kebanggaannya kebelakang.
"Zeus! Kerahkan falcon untuk menyerang mereka."
"Baik phill," zeus segera mengangguk mematuhi. Dengan segera memerintah kan prajurit untuk membantunya mengeluarkan falcon dari kandanya.
Segera phill dan shaz menuju lorong rahasia menghubungkan dunia luar, tidak jauh dari pintu gerbang utama. Lorong rahasia ini memang disengaja dibuat untuk situasi seperti ini.
Setelah keluar dari lorong rahasia. Mereka mereka melihat falcon yang sudah dikerahkan. Beberapa falcon dengan ukuran kecilnya berubah menjadi sepuluh kali lipat lebih besar melebihi manusia. Menerkam lawan, membawanya terbang dan melepaskannya begitu saja.
Tidak ingin membuang-buang waktu dengan hanya melihat situasi. Mereka berdua berlari menggebu ke arah para musuhnya berada. Mengoyaknya dari belakang, tidak memperdulikan seberapa banyak yang akan mengeroyok mereka. Tidak begitu sulit mengalahkan satu orang, hanya butuh sekali tebas, dan mereka tumbang.
Kedua kubu saling mengerahkan perlawanan masing-masing. Menjadikan suasana begitu mencekam oleh senjata yang saling beradu. Semakin hancurnya pertahanan istana. Tidak membuat itu cukup, banyaknya pasukan mereka yang tumbang membuat semakin tidak ada lagi harapan.
Kepakan sayap membuat padang rumput disekitar bertiup kencang. Semua mengalihkan fokusnya untuk melihat eksistensi sesuatu. Dan itu membuat semua gelagapan bukan main paniknya. Itu bukan ulah falcon. Ini tidak bisa dipercaya. Terhitung 5 ekor naga datang dari arah selatan dan mengelilingi tempat ini. Semburan api datang dari mulut naga dan melahap mereka, membakar habis istana. Sekejab eksistensi naga menggantikan falcon yang dimusnahkan dengan semburan apinya.
Phill yang melihat itu tercengang marah. Ia merasa belum saatnya mereka kalah. Ia tidak menduga ini akan terjadi. Sebelum amarahnya mengepul dan melampiaskannya, anak panah melesat menancap tepat didepan ujung sepatunya. Ia menoleh, menduga anak panah itu datang dari arah belakangnya. Saat tidak di temukan siapa-siapa, dia mengambil anak panah yang terdapat secarik kertas diujungnya.
Rahangnya mengeras, giginya bergemelatuk marah. Tangannya meremas kertas yang baru saja ia baca. Sekarang kemarahannya diujuk puncak. Dan kemarahannya meledak saat sesuatu menarik bahunya kebelakang.
Saat itu juga pedangnya melayang kearah leher sang pelaku. Dan itu berhenti seketika saat mengetahui wajah pelaku sebelum tepat menggores kulit lehernya.
"Apa ha!" Saking marahnya dia berteriak marah tepat diwajah shaz, sang pelaku, dan menyingkirkan tangan yang menempel pada pundaknya.
"Kita disuruh mundur oleh thorn untuk mundur." Kali ini wajah shaz serius dengan situasi yang mereka hadapi.
"Aku tidak peduli!" Kalau sudah marah seperti ini, itu sangan sulit untuk diredakan, sebelum diredakan dengan kekerasan. Jadi mau tidak mau shaz memukul keras rahang phill.
Nafas yang menggebu-gebu membuat shaz tidak tahan lagi, berfikir harus menjauh dari kekacaun disekitar mereka. Shaz menarik paksa phill keluar dari medan pertempuran. Membawa phill ke suatu tempat persembunyian yang letaknya tak jauh dari sini.
Melihat semua kelompoknya sudah berkumpul menunggu dirinya dan phill. Ia menghampiri panglima thorn untuk mengetahui apa yang sudah terjadi.
"Hei! Apa maksutmu membawa mereka semua kesini?" Phill melihat itu sudah merasa muak dengan semua keadaan yang menimpa mereka.
"Kita harus pergi dari sini." Hanya ucapan itu membuat semua secepat kilat terkejut dengan apa yang dikatakan thorn, selaku pemimpin panglima mereka.
Mendengar hal itu, dengan tanpa diaba-aba phill bangkit dari duduknya dan langsung menarik baju zirah yang dipakai thorn.
"Apa yang kau katakan hah! Ucapanmu kurang jelas kau tahu itu."
"Iya, kita harus meninggalkan tempat ini, kastil kita, tempat yang kita lindungi." Perkataan thorn yang begitu tidak memungkinkan. Membuat kemarahan phill kembali tersulut.
"Bagaimana mungkin itu terjadi?" Mata memerah menandakan ia tengah menahan amarahnya yang sudah mencapai ubun-ubun.
Semua yang ada disana hanya bisa bungkam. Karena mereka yakin pasti ada sesuatu yang membuat tetua panglima mereka, thorn, mengatakan hal itu. Mereka sudah paham betul akan sifat rekannya, phill, yang keras. Jadi mereka hanya diam menonton, juga menunggu pembelaan dari thorn.
"Istana kita hancur. Kau melihatnya sendiri bukan?" Tidak ingin memancing amarah phill lebih larut lagi, ia meneruskan, "pasukan mereka lebih banyak jumlahnya. Apa lagi naga itu. Itu tidak memungkinkan."
"Kau tidak bisa percaya sendiri dengan kekuatan kita? Kalau begitu kenapa raja memilihmu menjadi kepercayaannya? Tidak langsung kau juga meremehkan kemampuanmu sendiri." Phill melepas cengkraman pada pundak thorn dengan mendorongnya, sehingga membuat torn tersentak kebelakang.
"Aku yakin kita pasti bisa mengalahkannya. Kau harus ingat raja menaruh kepercayaannya pada kita."
"Aku juga tahu itu. Tapi kita tidak akan bisa mengalahkannya kau tahu? Tidak, kita tidak kalah, tidak akan pernah. Karena keadaan kita yang tidak memungkinkan membuat kita harus mundur."
"Dasar pengecut! Aku tidak mau mundur begitu saja. Aku tidak mau menyerah begitu saja. Bagaimana dengan kerajaan kita, pengabdian kita? Aku tidak mau. Kau dengar itu?" Tudingan jari langsung mengarah pada thorn.
"Aku juga tidak mau istana kita di renggut. Tapi kita harus membiarkannya dulu. Suatu saat pasti kita akan merebutnya kembali." Mencoba menenangkan emosinya walau dalam dirinya ingin rasanya ia menghabisi para bedebah di luar sana yang sekarang menghancurkan kastil rajanya.
"Bagaimana bisa, ha! Apa karena pasukan kita kalah jumlah Kau jadi pengecut? Aku yakin kita bisa melakukannya sendiri, dengan semua kekuatan kita. Walaupun itu dengan mengobarkan diri, tapi itu tugas kita bukan." Berapi api ia menyerukan kesetiaan pada rajanya.
"Itu permasalahannya. Kita diperintah raja untuk menjaga putrinya. Melindungi putrinya lebih penting dibanding mempertahankan kastilnya. Kalau kita mati, siapa yang menjaganya. Ia yakin, putrinya dikemudian hari pasti akan merebut kerajaan kita kembali. Itu lah pesannya sebelum beliau meninggalkan kita." Berusaha untuk meyakinkan mereka lewat matanya yang menjuru ke seluruh rekannya, kalau kepercayaan rajanya masih bisa mereka miliki.
Semua menunduk. Tidak ada yang berani bicara. Pikiran berkecamuk diantara mereka semua. Biarkanlah mereka merenungi apa yang terjadi sekarang.
"Bagaimana dengan semua rakyat?" Baru sadar akan hal itu, membuat semua menoleh menatap thorn untuk menerima penjelasan.
Thorn yang ditatap, malah menoleh pada lute, panglima yang diutus pada bagian perlindungan rakyat. Yang ditatap malah menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana bisa!" Phill tidak habis pikir dengan strategi ini.
Torn menimpali mewakili lute yang memang irit berbicara, iritnya tidak memandang situasi.
"Kita sudah semaksimal mungkin untuk menjaga mereka semua. Dan hanya tersisa ratusan. Mereka semua dibawa ke lain tempat. Raja waktu itu merubah strategi, karena ia mempunyai firasat buruk pada peperangan kali ini, jadi beliau sebelum perang dimulai memerintahkan separuh pasukan untuk melindungi rakyat. Dan itu terjadi, saat musuh menyiapkan sebuah siasat untuk mengepung kita, dengan jumlah pasukan yang tak terhitung. Membagi beberapa pasukan untuk menyerang pasukan didepan, para rakyat, dan berakhirlah pada istana ini."
"Sekarang apa yang harus kita lalukan?" Sekarang shaz yang ikut menimpali, sebelumnya dia diam menyimak.
"Menyusul putri. Melindunginya dengan nyawa kita taruhannya. Itu harapan kita satu satunya." Setelah mengatakan itu thorn melangkah masuk lebih dalam ke lorong persembunyian yang menuju ke suatu tempat.
"Tunggu." Semua menoleh kearah phill.
"Sebelum pergi apa tidak ada perpisahan terlebih dahulu?" Semua menghela nafas mendengar pertanyaan yang mengingatkan mereka pada perpisahan sudah tiba saatnya.
Semua terdiam. Hanya menatap kosong pada tempat yang sudah menjadi bagian hidup mereka. Terasa sudah puas melihatnya, satu persatu mengalihkan pandangan, membelakangi tempat yang terakhir kali mereka lihat sebelum masuk melewati lorong rahasia menuju dunia baru yang akan mereka hadapi esok hari.
0 coment�rios: